ATURAN
PENULISAN KATA, UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi mata kuliah B. Indonesia
yang
dibimbing oleh Arya Kemal Pradana
Disusun
oleh:
1.
Haryanti (Manajemen, NIM.
431492010212004)
2.
Jumadi (Manajemen,
NIM. 431492010212013)
3.
Miftakhul
Fahmi (Manajemen, NIM.
431492010212028)
4.
Soleh (Manajemen,
NIM. 4314920102120xx)
5.
Windiana
Puspita Dewi (Manajemen, NIM.
431492010212005)
STIE
PANDU MADANIA
Jalan
Raya Cibungbulang Km. 15, Bogor 16630
Telp.
(0251) 8622302; Fax. (0251) 8421549
NOVEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah
Ini Disusun Agar Pembaca Dapat Memperluas Mata Kuliah B. Indonesia Tentang Aturan
Penulisan Kata, Unsur Serapan Dan Tanda Baca Yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini kami buat semoga
bermanfaat.
Bogor,
10 November 2014
Penyusun.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3.
Tujuan............................................................................................................... 1
Bab II
PEMBAHASAN
2.1.
Penulisan Kata.................................................................................................. 2
2.2.
Penulisan Unsur Serapan................................................................................... 5
2.3.
Penulisan Tanda Baca ....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan....................................................................................................... 23
3.2.
Kritik & Saran................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam
dunia pendidikan, terutama di bidang sastra Indonesia, sering dijumpai hal-hal
yang berkenaan dengan aturan dalam penulisan kata serta penggunaanya dan unsur
kata serapan yang pada awalnya berasal dari bahasa asing.
Oleh
karena itu, kita selaku pelajar atau mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan
mendalami hal-hal yang sudah disebutkan di atas, tentu dalam hal ini sangat
diperlukan suatu pedoman dan panduan untuk memahami serta memperdalam
pengetahuan khusunya di materi pembelajaran aturan penulisan suatu kata yang
sesuai dengan EYD.
Kita
dapat melihat suatu keadaan yang telah merebak dalam dunia pendidikan sekarang
ini, aturan yang telah ditetapkan Pemerintah lewat EYD sudah dipandang sebelah
mata. Dari hal tersebut di atas, penulis berkeinginan menyusun makalah yang
berjudul " Penulisan Kata, Unsur
Serapan Dan Tanda Baca".
1.2.Rumusan Masalah
Sesuai
dengan pemilihan judul di atas, yang menjadi Rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
- Aturan penulisan kata
- Aturan penulisan unsur serapan
- Aturan penulisan tanda baca
1.3.Tujuan dan Manfaat Makalah
- Untuk mengetahui cara penulisan kata, unsur serapan dan yang baik.
- Untuk menambah wawasan penulis khususnya, serta pihak lain yang berminat dalam masalah ini.
- Untuk Mmeberikan masukan bagi kalangan pelajar pada khususnya, dan masyarakat umum dalam hal aturan penulisan kata dan unsur serapan yang benar susuai EYD.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. PENULISAN KATA
A.
Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Ibu percaya bahwa
engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
B.
Kata turunan
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis dengan serangkaian kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar, dikelola,
menengok, mempermainkan
b.
Jika
kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan dan akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: luaskan
c.
Jika
kata dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi,
menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburkan
d.
Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkaian.
Misalnya: adipati, aerodinamika,
antarkota, anumerta, audiogram
C.
Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, gerak-gerik
D. Gabungan
kata
Gabungan kata yang lazin disebut
kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, orang tua,
kambing hitam
Gabungan kata, termasuk
istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis
dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar
Gabungan kata berikut ditulis
serangkai.
Misalnya: acapkali, matahari,
manasuka
E.
Kata ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan
bukunya, tersimpan di perpustakaan.
F.
Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?
Ia datang dari surabaya
kemarin
G. Kata si
dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: sangkancil sangat
marah kepada monyet itu.
surat itu dikirim oleh si
pengirimnya.
H. Partikel
Paratikel –lah, -kah, dan -tah
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia
tetap kurus.
Partikel per yang berarti
‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya: …per 1 April.
I.
Singkatan dan akronim
1.
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan
nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya
b.
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR
c.
Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya: dll.
d.
Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp
2.
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP
b.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas
c.
Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: pemilu, radar, rapim
J.
Angka dan lambang bilangan
·
Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II
·
Angka
digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter,
100 yen
·
Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
·
Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
·
Penulisan
lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga
a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga
·
Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya:
Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20
·
Penulisan
lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an
·
Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
·
Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang
tamu.
·
Angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta
rupiah.
·
Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai
dua puluh orang pegawai.
·
Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
2.2.PENULISAN
UNSUR SERAPAN
Unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan long
march. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing
yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
Di
samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata
yang utuh. Kata sepertistandardisasi, implementasi, dan objektif diserap
secara utuh di samping kata standar, implemen,
dan objek.
Pedoman EYD mengatur
kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur serapan. Beberapa kaidah yang
berlaku misalnya c di muka a, u, o,
dan konsonan menjadi k (cubicmenjadi kubik, construction menjadi konstruksi), q menjadi k(aquarium menjadi akuarium, frequency menjadi frekuensi), ftetap f (fanatic menjadi fanatik, factor menjadi faktor), phmenjadi f (phase menjadi fase, physiology menjadi fisiologi).
Akhiran-akhiran
asing pun dapat diserap dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Misalnya akhiran -agemenjadi -ase, -ist menjadi -is, -ive menjadi -if.
Akan
tetapi, dengan berbagai kaidah unsur serapantersebut, kesalahan
penyerapan masih sering kali dilakukan oleh para pemakai bahasa. Pujiono
menemukan kata sportifitas lebih
banyak muncul di Google dibandingkan kata sportivitas, demikian pula
dengan kata aktifitas dibandingkan dengan kata aktivitas.
Satu
hal lagi, bahasa Indonesia memang termasuk luwes dalam menerima dan
menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain. Namun keluwesan ini
hendaknya tidak membuat kita serampangan dalam
membentuk istilah baru dan mengabaikan khazanah bahasa kita.
C
di muka a,u,oa,dan konsonan menjadi k
Calomel kalomel
Construction konstruksi
Cubik kubik
Coup kup
C
(sanskerta) menjadi s
Cabda sabda
Castra sastra
Ee
(Belanda) menjadi e
Stratosffer stratosfer
System system
I,
pada awal suku kata di muka vocal,tetap i
Imbus imbus
Ion ion
Iota iota
Ie
(Belanda) menjadi I jika lafalnya i
Variety varietas
Patient pasien
Efficient efisien
Oe
(oi yunani) menjadi e
Oestrogen estrogen
Oenology enology
Foetus fetus
Oo
(inggris) menjadi u
Cartoon kartun
Proof pruf
Pool pul
Oo
(Belanda) menjadi u
Kompoor kompor
Provost provos
Konsonan
ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
Gabro gabro
Accu aki
Effect efek
Commission komisi
Ferrum ferum
Solfeggio solfegio
Tetapi:
Mass massa
Catatan:
1.
Unsur pungutan yang sudah lazim
dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah
Misalnya:
Kabar,
Sirsak, Iklan, Perlu, Bengkel, Hadir
2.
Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x
diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua
huruf itu di Indonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu
dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan
istilah khusus.
Di
samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap bagian kata yang utuh. Kata seperti
standarditasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar,efek,dan implement.
-aat (Belanda) menjadi –at
advokaat
advokat
plaat pelat
-age menjadi –ase
percentage persentase
etalage etalase
-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi
–al
structural,
structureel structural
formal,
formeel formal
-ant
menjadi -an
accountant akuntan
informant informan
-archy,
-archie (Belanda) menjadi arki
anarchy,
anarchie anarki
oligarchy,
oligarchie oligarki
-ary,
air (Belanda) menjadi -er
complementary,
complementair komplementer
primary,
primair primer
-(a)tion,
-(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action,
actie aksi
publication,
publicatie publikasi
-eel
(Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi –il
matereel materiil
morel moril
-ein
tetap ein
casein kasein
protein protein
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi
-ik, ika
logic,
logica logika
phonetics,
ponetiek fonetik
-ic
(nomina) menjadi ik
electronic elektronik
statistic statistik
-ic,
-ical, -isch (adjectiva) menjadi -is
electronic,
electronisch elektronis
economical,
economisch ekonomis
-ile,
-iel menjadi -il
percentile,
percentiel persentil
mobile,
mobiel mobil
-is, -isme (Belanda) menjadi –isme
modernism,
modernisme modernisme
communism,
comunisme komunisme
-ist
menjadi -is
publicist publisis
egoist egois
-ive,
-ief (Belanda) menjadi -if
descriptive,
descriptief deskriptif
demonstrative,
demonstratief demonstratif
-logue
menjadi -log
catalogue katalog
dialogue dialog
-logy,
-logie (Belanda) menjadi –logi
technology,
technologie teknologi
physiology,
pysiologie fisiologi
-loog
(Belanda) menjadi –log
analoog analog
epiloog epilog
-oid,
-oide (Belanda) menjadi -oid
homonoid,
homonoide homonoid
anthropoid,
anthropoide anthropoid
-oir(e)
menjadi -oar
trotoir trotoar
repertoire repertoar
-or,
-er, (Belanda) menjadi -ur, -ir
director,
directer direktur
inspector,
inspecteur inspektur
-or
tetap -or
dictator dictator
corrector corektor
-ty,
-teit (Belanda) menjadi -tas
university,
universiteit universitas
quality,
kwaliteit kualitas
-ure,
-uur (Belanda) menjadi -ur
structure,
struktuur struktur
premature,
prematuur prematur
2.3. PENULISAN TANDA BACA
Tanda tanda baca yang dipakai dalam penulisan
yaitu:
1.
Tanda
titik(.)
2.
Tanda
koma(,)
3.
Tanda
titik koma(;)
4.
Tanda
titik dua (:)
5.
Tanda
hubung(-)
6.
Tanda
pisah (_)
7.
Tanda
elipis(…)
8.
Tanda
Tanya(?)
9.
Tanda
seru(!)
10.
Tanda
kurung((…))
11.
Tanda
kurung siku([…])
12.
Tanda
petik ganda(“…”)
13.
Tanda
petik tunggal(‘…’)
14.
Tanda
garis miring(/)
15.
Tanda
penyingkat(‘)
Dari tanda bacatersebut masing-masing memiliki fungsi dan kegunaanya.
Fungsi dari macam-macam tanda tersebut adalah:
A. Tanda
Titik (.)
1.
Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
·
Ayahku
tinggal di Solo.
·
Biarlah
mereka duduk di sana.
·
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
2.
Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a.
III.
Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal
Pembangunan Masyarakat Desa
b.
1.
Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai
di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau
huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan
waktu.
Misalnya:
pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20
jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30
am
(30 detik)
5.
Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6.
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu
berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.
7.
Tanda
titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir
pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat
halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor
gironya 5645678.
8.
Tanda
titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara
kunjungan Adam Malik
Bentuk
dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah
Asuhan
9.
Tanda
titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan
Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta
(tanpa titik)
1 April
1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr.
Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan
Arif 43 (tanpa titik)
Palembang
(tanpa titik)
Atau:
Kantor
Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan
Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta
(tanpa titik)
B.
Tanda Koma (,)
1.
Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun
surat khusus memerlukan perangko.
2.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi
hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan
anak Pak Kasim.
3.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya.
4.
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
Dia lupa akan janjinya karena
sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5.
Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita
harus hati-hati.
... Jadi, soalnya tidak
semudah itu.
6.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti
jatuh.
7.
Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu,
“karena kamu lulus.”
8.
Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan
kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1,
Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia.
9.
Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949.
Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka
Rakjat.
10.
Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11.
Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki
maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan
pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian
mendaftarkan namanya pada panitia.
12.
Tanda
koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
13.
Tanda
koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus
mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh
dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima kasih
atas bantuan Edyar.
14.
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya
Karim.
“Berdiri lurus-lurus!”
perintahnya.
C.
Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Malam makin
larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.
Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun
itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
D. Tanda
Titik Dua (:)
1.
Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi
2.
Tanda
titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan
Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
3.
Titik
dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada
apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu
hitam yang di atas lemari!”
4.
Titik
dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang
anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot
rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
E. Tanda
Hubung (-)
1.
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Industri tersebut dapat
dikembangkan men-
jadi industri padat karya.
2.
Tanda
hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu,
berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3.
Tanda
hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
4.
Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya
yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan
kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek,
mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5.
Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
F.
Tanda Pisah
1.
Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya
yakin akan tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi,
teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
3.
Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
G. Tanda
Elipsis (...)
1.
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita
berangkat.
2.
Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke
pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan
mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu dipakai empat buah titik; tiga titik
untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....
H. Tanda
Tanya
1.
Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2.
Tanda
tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983
(?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah
(?) hilang.
G. Tanda
Seru (!)
1.
Tanda
seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang
juga!
Jangan berisik!
2.
Tanda
seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam
ini!
Merdeka!
H. Tanda
Kurung ((...))
1.
Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun
GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2.
Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3.
Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut
masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4.
Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari
(kota) Bogor.
I.
Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan
atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi
gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan
di sini.
J.
Tanda Petik (“...”)
1.
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya
belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36
UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2.
Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak
“Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion
yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3.
Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak
mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
K. Tanda
Petik Tunggal (‘...’)
1.
Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi
‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan,
kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihkulenyap seketika,”
ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
L.
Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
2.
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
M. Tanda
Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan =
akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB III
KESIMPULAN
3.1.KESIMPULAN
Begitu
banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan
dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya
makalah ini pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang
kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
3.2.KERITIK
DAN SARAN
Penyusun
menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis menyarankan
apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran- saran kritik
dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu
guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan. Dkk. 2000, pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Jakarta: Pusat Bahasa.
No comments:
Post a Comment