Tuesday 9 December 2014

ATURAN PENULISAN KATA, UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA








ATURAN PENULISAN KATA, UNSUR SERAPAN DAN TANDA BACA



MAKALAH




Disusun untuk memenuhi mata kuliah B. Indonesia
yang dibimbing oleh Arya Kemal Pradana




Disusun oleh:

1.      Haryanti                              (Manajemen, NIM. 431492010212004)
2.      Jumadi                                 (Manajemen, NIM. 431492010212013)
3.      Miftakhul Fahmi                  (Manajemen, NIM. 431492010212028)
4.      Soleh                                   (Manajemen, NIM. 4314920102120xx)
5.      Windiana Puspita Dewi       (Manajemen, NIM. 431492010212005)






STIE PANDU MADANIA
Jalan Raya Cibungbulang Km. 15, Bogor 16630
Telp. (0251) 8622302; Fax. (0251) 8421549
NOVEMBER 2014




KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah Ini Disusun Agar Pembaca Dapat Memperluas Mata Kuliah B. Indonesia Tentang Aturan Penulisan Kata, Unsur Serapan Dan Tanda Baca Yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.


                                                                                                            Bogor, 10 November 2014


                                                                                                            Penyusun.  




















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I      PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3. Tujuan............................................................................................................... 1

Bab II    PEMBAHASAN
2.1. Penulisan  Kata.................................................................................................. 2
2.2. Penulisan Unsur Serapan................................................................................... 5
2.3. Penulisan Tanda Baca ....................................................................................... 11

BAB III   PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................................... 23
3.2. Kritik & Saran................................................................................................... 23

  DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 24     



BAB I 
PENDAHULUAN

1.1.Latar  Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, terutama di bidang sastra Indonesia, sering dijumpai hal-hal yang berkenaan dengan aturan dalam penulisan kata serta penggunaanya dan unsur kata serapan yang pada awalnya berasal dari bahasa asing.

Oleh karena itu, kita selaku pelajar atau mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan mendalami hal-hal yang sudah disebutkan di atas, tentu dalam hal ini sangat diperlukan suatu pedoman dan panduan untuk memahami serta memperdalam pengetahuan khusunya di materi pembelajaran aturan penulisan suatu kata yang sesuai dengan EYD.

Kita dapat melihat suatu keadaan yang telah merebak dalam dunia pendidikan sekarang ini, aturan yang telah ditetapkan Pemerintah lewat EYD sudah dipandang sebelah mata. Dari hal tersebut di atas, penulis berkeinginan menyusun makalah yang berjudul " Penulisan Kata, Unsur Serapan Dan Tanda Baca".

1.2.Rumusan Masalah
Sesuai dengan pemilihan judul di atas, yang menjadi Rumusan masalah adalah sebagai berikut : 
  1. Aturan penulisan kata
  2. Aturan penulisan unsur serapan
  3. Aturan penulisan tanda baca

1.3.Tujuan dan Manfaat Makalah
  1. Untuk mengetahui cara penulisan kata, unsur serapan dan yang baik.
  2. Untuk menambah wawasan penulis khususnya, serta pihak lain yang berminat dalam masalah ini.
  3. Untuk Mmeberikan masukan bagi kalangan pelajar pada khususnya, dan masyarakat umum dalam hal aturan penulisan kata dan unsur serapan yang benar susuai EYD.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENULISAN KATA
A.       Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:  Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.

B.   Kata turunan
a.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan serangkaian kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar, dikelola, menengok, mempermainkan

b.      Jika kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: luaskan

c.       Jika kata dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburkan

d.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkaian.
Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram

C.   Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, gerak-gerik

D.  Gabungan kata
Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam

 Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar

Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: acapkali, matahari, manasuka

E.   Kata ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya, tersimpan di perpustakaan.

F.    Kata depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?
Ia datang dari surabaya kemarin

G.  Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: sangkancil sangat marah kepada monyet itu.
surat itu dikirim oleh si pengirimnya.

H.  Partikel
Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.

 Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya: …per 1 April.

I.     Singkatan dan akronim
1.      Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.       Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau   pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya
b.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR
c.       Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll.
d.      Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp

2.      Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.       Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP
b.      Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas
c.       Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim

J.     Angka dan lambang bilangan
·      Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II

·      Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen

·      Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15

·      Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252

·      Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga

·      Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20

·      Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an

·      Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

·      Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

·      Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah.

·      Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang pegawai.

·      Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

2.2.PENULISAN UNSUR SERAPAN

Unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffleshuttle cockdan long march. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata sepertistandardisasiimplementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standarimplemen, dan objek.
Pedoman EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur serapan. Beberapa kaidah yang berlaku misalnya c di muka auo, dan konsonan menjadi k (cubicmenjadi kubikconstruction menjadi konstruksi), q menjadi k(aquarium menjadi akuariumfrequency menjadi frekuensi), ftetap f (fanatic menjadi fanatikfactor menjadi faktor), phmenjadi f (phase menjadi fasephysiology menjadi fisiologi).
Akhiran-akhiran asing pun dapat diserap dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Misalnya akhiran -agemenjadi -ase-ist menjadi -is-ive menjadi -if.
Akan tetapi, dengan berbagai kaidah unsur serapantersebut, kesalahan penyerapan masih sering kali dilakukan oleh para pemakai bahasa. Pujiono menemukan kata sportifitas lebih banyak muncul di Google dibandingkan kata sportivitas, demikian pula dengan kata aktifitas dibandingkan dengan kata aktivitas.
Satu hal lagi, bahasa Indonesia memang termasuk luwes dalam menerima dan menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain. Namun keluwesan ini hendaknya tidak membuat kita serampangan dalam membentuk istilah baru dan mengabaikan khazanah bahasa kita.

C di muka a,u,oa,dan konsonan menjadi k
Calomel                                   kalomel
Construction                            konstruksi
Cubik                                       kubik
Coup                                        kup
C (sanskerta) menjadi s
Cabda                                      sabda
Castra                                      sastra

Ee (Belanda) menjadi e
Stratosffer                                stratosfer
System                                     system

I, pada awal suku kata di muka vocal,tetap i
Imbus                                      imbus
Ion                                           ion
Iota                                          iota

Ie (Belanda) menjadi I jika lafalnya i
Variety                                     varietas
Patient                                      pasien
Efficient                                  efisien

Oe (oi yunani) menjadi e
Oestrogen                                estrogen
Oenology                                 enology
Foetus                                      fetus

Oo (inggris) menjadi u
Cartoon                                                kartun
Proof                                       pruf
Pool                                         pul


Oo (Belanda) menjadi u
Kompoor                                 kompor
Provost                                    provos

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
Gabro                                      gabro
Accu                                        aki
Effect                                      efek
Commission                             komisi
Ferrum                                     ferum
Solfeggio                                 solfegio

Tetapi:
Mass                                        massa


Catatan:
1.        Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah
Misalnya:
Kabar, Sirsak, Iklan, Perlu, Bengkel, Hadir
2.    Sekalipun  dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu di Indonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap bagian kata yang utuh. Kata seperti standarditasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,efek,dan implement. 

 -aat (Belanda) menjadi –at
advokaat                                              advokat
plaat                                                     pelat

 -age menjadi –ase
percentage                                           persentase
etalage                                                 etalase

 -al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi –al
structural, structureel                           structural
formal, formeel                                               formal

-ant menjadi -an
accountant                                           akuntan
informant                                             informan

-archy, -archie (Belanda) menjadi arki
anarchy, anarchie                                anarki
oligarchy, oligarchie                            oligarki

-ary, air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair                       komplementer
primary, primair                                   primer
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie                                         aksi
publication, publicatie                         publikasi

-eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi –il
matereel                                               materiil
morel                                                   moril

-ein tetap ein
casein                                                  kasein
protein                                                 protein

 -ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi -ik, ika
logic, logica                                         logika
phonetics, ponetiek                              fonetik

-ic (nomina) menjadi ik
electronic                                             elektronik
statistic                                                 statistik

-ic, -ical, -isch (adjectiva) menjadi -is
electronic, electronisch                                    elektronis
economical, economisch                     ekonomis

-ile, -iel menjadi -il
percentile, percentiel                            persentil
mobile, mobiel                                     mobil

 -is, -isme (Belanda) menjadi –isme
modernism, modernisme                     modernisme
communism, comunisme                     komunisme

-ist menjadi -is
publicist                                               publisis
egoist                                                   egois

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive, descriptief                         deskriptif
demonstrative, demonstratief               demonstratif

-logue menjadi -log
catalogue                                             katalog
dialogue                                               dialog

-logy, -logie (Belanda) menjadi –logi
technology, technologie                                   teknologi
physiology, pysiologie                         fisiologi

-loog (Belanda) menjadi –log
analoog                                                            analog
epiloog                                                 epilog

-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
homonoid, homonoide                        homonoid
anthropoid, anthropoide                                  anthropoid

-oir(e) menjadi -oar
trotoir                                                   trotoar
repertoire                                             repertoar

-or, -er, (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directer                                  direktur
inspector, inspecteur                            inspektur

-or tetap -or
dictator                                                dictator
corrector                                              corektor

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit                         universitas
quality, kwaliteit                                  kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur                               struktur
premature, prematuur                          prematur

2.3. PENULISAN TANDA BACA
 Tanda tanda baca yang dipakai dalam penulisan yaitu:
1.    Tanda titik(.)
2.    Tanda koma(,)
3.    Tanda titik koma(;)
4.    Tanda titik dua (:)
5.    Tanda hubung(-)
6.    Tanda pisah (_)
7.    Tanda elipis(…)
8.    Tanda Tanya(?)
9.    Tanda seru(!)
10.                   Tanda kurung((…))
11.                   Tanda kurung siku([…])
12.                   Tanda petik ganda(“…”)
13.                   Tanda petik tunggal(‘…’)
14.                   Tanda garis miring(/)
15.                   Tanda penyingkat(‘)

Dari tanda bacatersebut  masing-masing memiliki fungsi dan kegunaanya. Fungsi dari macam-macam tanda tersebut adalah:

A.  Tanda Titik (.)
1.    Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
·         Ayahku tinggal di Solo.
·         Biarlah mereka duduk di sana.
·         Dia menanyakan siapa yang akan datang.

2.    Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.              III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
b.      1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

3.    Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4.    Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30               am (30 detik)

5.    Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.

6.    Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

7.    Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.

8.    Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan

9.    Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)

B.   Tanda Koma (,)
1.        Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

2.        Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3.        Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

4.        Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.

5.        Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

6.        Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.

7.        Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”

8.        Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia.

9.        Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

10.    Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.

11.    Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

12.    Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50

13.    Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.

14.    Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

C.   Tanda Titik Koma (;)
1.        Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

2.        Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.

D.  Tanda Titik Dua (:)
1.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi

2.      Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

3.      Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”

4.      Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

E. Tanda Hubung (-)
1.        Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Industri tersebut dapat dikembangkan men-
jadi industri padat karya.

2.        Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur

3.        Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945

4.        Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an

5.        Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

F.    Tanda Pisah
1.        Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2.        Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3.        Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung

G.  Tanda Elipsis (...)
1.      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.

2.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....

H.  Tanda Tanya
1.        Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?

2.        Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

G.  Tanda Seru (!)
1.        Tanda seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!

2.        Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!




H.  Tanda Kurung ((...))
1.      Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.

2.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.

3.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4.      Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.

I.   Tanda Kurung Siku ([...])
1.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.

J.     Tanda Petik (“...”)
1.        Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

2.        Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.

3.        Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

K.  Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1.        Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihkulenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.        Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.

L.   Tanda Garis Miring (/)
1.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007

2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam

M. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)



BAB III
KESIMPULAN


3.1.KESIMPULAN
Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya makalah ini pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.

3.2.KERITIK DAN SARAN
Penyusun menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran- saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. 2000, pedoman umum ejaan  Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa.

No comments:

Post a Comment